Selasa, 01 September 2009


CERITA BATU DARI RUMAH KAYU

pernah angin menyemai di dada

menggulingkan batu ke dalam telaga jiwa

duri menusuk tajam di suluk

tikungan meliuk tanpa mengerti keluh

gentayangan membayangi langkah tanpa pandang

rumah kayu bertiang sembilu

beratap daun empedu

tegak lurus dengan langit

mengisyarat cahaya rindu

- yang tak pernah selesai dieja


SEMADI POHONAN DI LAMBUNG SUNYI

sejurus dengan arah basmala

kiblat yang kau iba telah tiba di pelupuk mata

perangai darah mendidih

menggetarkan dada

menyongsong rindu

merangkul cinta

- pada yang tak terbaca

riuh gelombang airmata

beriringan mengurai ikrar setia

bahasa-bahasa suci

menyumber dari pohonan di lambung sunyi

pelangi jiwa yang berpuisi

- mendentumkan kalimat-kalimat hati


NYANYIAN RINDU SEORANG HAMBA

meramal detik jam di jendela waktu

semakin ‘kutahu perubahan matahari menyulap tubuhku

setelah tumbuh ejaan-ejaan sunyi

mengisyarat kerinduan yang berdalih pada tepi sanubari

- laut kecintaan

gelombang penantian

percakapan suci tanpa henti kukumandangkan

pada burung-burung terbang tak kenal jalan pulang

hingga tak setetespun airmata

kualirkan ke laut sejarah

tanpa lembaran rahasia


LIMA BAIT SAJAK AIRMATA

gelegar rindu lengkap sudah

membumbui perjalanan sunyi yang tak selesai kuterjemahkan

- pada bait-bait puisi

tirai mimpi menyirat lengkung langit searah matahari

patah-patah digenggam lapisan sukma yang meranggas

mewarnai celah dengan hitam kelabu

- arus waktu di suluk kalbu

serupa rumput menelantarkan dirinya ke peraduan kemarau

dimabuk gemericik hujan berdahan-dahan di kening palangkaraya

- betapa diri ini tak seharga permata

oh, Yang Esa

perjalanan masih lintas jembatan

banyak batu harus kuhancurkan

banyak ruang butuh lentera berpendaran

tapi bagaimana aku melangkah

bila matahari di dadaku terbenam sebelum senja

- rahmat-Mu kuiba

hingga tak lepas dari percintaan pengantin malam pertama

aku dan tahajjud-Mu bercumbu

tanpa tahu bilah waktu jauh berburu

- karena nafasku menghembuskan ayat-ayat suci nama-Mu


DEMONSTRASI RAKYAT INDONESIA

merdeka

merdeka

rakyat Indonesia:

kami membajak sawah

banting tulang kelindap lelah

kotak-kotak pematang berbidang menjadi saksi

atas guridam hati yang berbakti

pada ibu pertiwi

- atas nama petani

gelombang tak habis waktu kami arungi

pasang jala lempar airmata

genggam gigil, melumat cinta

terjang badai pasang bendera

bergambar rakyat Indonesia

merangkul bambu runcing di pundaknya

mengumandangkan suara-suara merdeka.

kami menyeberang lintas daratan

habiskan malam di lambung lautan

lantaran cinta tak berbatas suka

di pundak yang bertahta

- atas nama pelaut

menembus ruang melintasi jembatan waktu

sebagai anak miskin tak beruang dalam saku

sekolah tak tamat

bea siswa tak dapat

keinginan yang berpangkat

perjalanan yang karat

kami, atas nama anak-anak jalanan

terlantar di gang-gang perkotaan

membangun Negara

lewat lembaran koran beterbangan

halaman-halaman buku pelajaran berserakan

karena itu kami tahu pahlawan

berkorban untuk kemerdekaan

- dari pengangguran

merdeka

merdeka

karena itu kami rakyat Indonesia

ikhlas bakti kami berikan segalanya

segala yang ada mohon tidak ditikam dengan senjata


TAFAKKUR ANAK BURUNG

terbang dari dahan ke dahan

pandang arah tak ada tujuan

berkicau tak disapa pohonan

- sudut kiri kelambu hati berwarna abu-abu

sebagaimana perempuan kampung

dipinang tanpa hasyrat cinta

gundah gulana mengakar ke bumi sukma

merajai suluk

seberang-menyeberang tanpa batas ruang dan waktu

- kencan pengantin dalam luka

tabi’at suci yang dibawa

perangai dada berbahasa ibu

kehilangan warna api pada malam seluruh tepi

- bila jalan ini tak seindah pelangi


PRAHARA JIWA DI MULUT USIA

serumpun daun menguning di ranting

tinggal penghabisan

saat prahara angin bermusyafir meninggalkan tangkai penantian

- selangkah pada pelabuhan

sedangkan kini hanya airmata berlinangan

mengelupas luka di jiwa

saat-saat masa bakti berusia muda

ketika langkah satu-satu

tak dirundung rasa gelisah

ketika kemudi bumi

masih setia tersenyum ria

- semuanya hilang dibawa badai debu

tanpa jejak tanpa kata

yang akhirnya bisu dalam kata

beku dalam jiwa.

dimulut usia

selesailah semua sandiwara


PERNYATAAN CINTA SEORANG HAMBA

selepas angin menundukkan lelahnya di ranjang sunyi

pantun cinta, guridam rindu kukumandangkan

diamini jangkrik dan para nyamuk yang bernyanyi

- seorang hamba dalam selimut sepi

rebah disinyalir airmata

rubuh dimabuk kepayang cahaya sukma

tumbuh mekar menyemerbak aroma

seperti suara hati, tiada henti menyebut nama-Mu

seperti langkah kaki, langkah-langkah rahasia tak pernah melepas cengkraman cintaku

cinta suci, cinta langit pada bumi

cinta setia, cinta mata air pada rimba

- aku dan kau melebur dalam pekat malam penuh damba

penuh pernyataan cinta yang tak dapat diterjemahkan dalam kata-kata


DO’A SEPARUH USIA

Tuhan selalu melapangkan jalan untukku

tempat langkah menziarahi masa lalu

bilah jemari waktu yang kutafsirkan berarah seribu

- benang usia di lingkaran jiwa

langkah kaki patah-patah

memandang kelindap angin berdesir

serupa rumput di ladang bergoyang

aku tenggelam dalam kurung sunyi penyesalan

- ruang remang-remang

lantas di bait-bait kata yang menjadi kunang-kunang

bulir airmata yang mengurai kesangsian

semuanya kuterjemahkan dalam do’a

dalam kerinduan yang menghamba

Tuhan, bibit yang kau tanam di sini

telah sampai pada separuh usia

daun-daun di kepala warnanya mulai pudar

setelah ini badai semakin besar menerjang

pintaku

cengkraman cinta pada bumi asmara

yang kupersembahkan untuk-Mu

tangguhkanlah layaknya gunung duduk bersimpuh

- mengimani ke-Esaan-Mu


ALMANAK SUCI RUANGKU BERNYANYI

di almanak suci inilah ruangku bernyanyi

menyenandungkan lagu putih

seputih kelambu hati anak bayi di pangkuan ibundanya

- dermaga jiwa

sepoy daun-daun menyelimuti reranting dengan sajadah

menyirami hati dengan airmata

yang berhilir dari sungai-sungai ibadah

kalam cinta ikrar setia di lembaran bulan seribu barokah

- tangkai bunga seribu bulan

di almanak suci inilah ruangku bernyanyi

menyenandungkan lagu sepi

sepi di hati lembaran diri

- ampunan


KELENJAR HATI SEORANG PENGELANA

di balik etalase sunyi

ruang rohani seorang pengelana

meraba-raba dadanya yang hancur

diterkam kelelawar-kelelawar jalanan

bergelepar dari dahan ke dahan

mencari sudut cekung cengkraman menghujam

- sebuah jalan gontai penuh bebatuan

sekali dua kali badai mengetuk hati

menyelimuti dengan dingin

meradang dengan angin

tapi pengelana bukan pejalan kaki di trotoar kota

tapi pengelana sekali melangkah haruslah sampai di pelabuhan sana

- angkat senjata, pikul bendera, raih kemerdekaan

karena bai’at anak rantau

bukan hanya jiwa yang mengucap ikrar सेतिया


MABUK AKU, MABUK KAMU

aku mabuk aku, mabuk kamu

mabuk rindu mabuk cinta

mabuk sayang mabuk pesona

aku mabuk aku, mabuk kamu

mabuk cumbu mabuk rayu

mabuk lagu mabuk syahdu

aku mabuk aku, mabuk kamu

di dadaku ada badai

tapi badai cinta

di dadaku ada gelombang

tapi gelombang rindu

di dadaku ada angin topan

tapi angin topan candu

aku mabuk aku, mabuk kamu

terus mabuk

- mabuk kepalang mabuk kepayang


BUNGA REMAJA AROMA GANJA

beringsut-ingsut di hati

ada sesuatu ingin berlari

entah apa aku pun kurang mengerti

- sabarlah paham itu pasti

tambah hari bertambah jadi

umur beranjak hilang dari pekerti

menjadi runcing duri di serat nadi

- gagal itu boleh tapi tidak untuk berhenti

semak belukar rimbun menutup mata

menjadi rahang rahasia tak terbaca

menjadi bahasa tak terungkap dengan kata-kata

- lihat tetes air pada hamparan batu

pada akhirnya kau akan tahu

perlahan kembali kubilah lembaran usia

bertuliskan hari-hari bermacam warna

dari sudut ke sudut kususuri hingga lelahku sempurna

ah, bunga remaja aroma ganja

- selesailah sengketa


DIALOG JIWA

selayang pandang sandal jepit pengapit kaki

pada halaman suci

menggebur dada, debar-debar mengikat pesona

- berpalinglah dengan segala arah

teringat penyair melantunkan lagu hatinya

tentang duka nestapa alam baka

bulu-bulu kulit berbangunan dari tidurnya

mengisyarat jiwa dengan siraman mata air surga

- sudahlah di hadapan itulah sebuah kebenaran

cengkram pengharapan lepaskan bayang-bayang

antara jalan dan angan

aku terjebak dalam jurang kesangsian